BIASAKANLAH HIDUP SEHAT DAN MEMBAGIKANNYA

Senin, 27 Mei 2013

Minuman Teh Tidak Dianjurkan Diberikan Pada Bayi dan Anak Kecil


Para peneliti baru-baru ini menganjurkan agar minuman teh tidak diberikan pada bayi dan anak-anak kecil, karena dapat mengganggu pertumbuhan badannya maupun kecerdasannya. Suatu survei terbatas yang baru-baru ini di lakukan, menunjukkan bahwa minuman teh selain dikonsumsi oleh anak-anak kecil juga diberikan pada bayi sebagai pengganti susu; terutama pada keluarga golongan kurang mampu. Berikut pengaruh negatif dari minuman teh tersebut bagi bayi dan anak-anak kecil.

Kafein dan kecerdasan anak  

Rasa nikmat atau segar sehabis minum teh sesungguhnya disebabkan oleh kafein. Banyak orang menyangka bahwa kafein hanya terdapat pada kopi; padahal teh, cokelat, dan minuman ringan jenis cola, juga mengandung kafein. Kafein mempunyai efek menyegarkan karena zat ini mampu menstimulir kerja sistem syaraf pusat.
Kafein dapat dengan mudah diserap dari usus, lebih dari 99 persen kafein yang dikonsumsi akan diserap oleh darah. Setelah diserap, kafein secara cepat didistribusikan ke seluruh bagian tubuh, tidak ada zat penghalang bagi kafein dari darah untuk sampai ke otak. Sifat lain kafein adalah zat ini tidak mudah dikeluarkan kembali dari tubuh oleh ginjal bersama urin. Lebih dari 98 persen kafein yang sampai ke tubula ginjal akan diserap kembali oleh darah. Penghilangan kafein hanya terjadi bila zat ini telah mengalami biotransformasi dalam hati menjadi zat lain yang lebih mudah dibuang bersama urin. 
Indeks yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan metabolisme dan pengeluaran kafein dari tubuh adalah “waktu paruh”nya dalam plasma darah, yaitu waktu yang diperlukan oleh kadar kafein untuk berkurang sebanyak 50 persen. Pada orang dewasa rata-rata sekitar 5-6jam, sedangkan pada bayi dan anak-anak berkisar antara 2,3 – 14 jam, di mana pada bayi kafein tersebut lebih sulit untuk dimetabolisasi.
 Pada dosis rendah efek negatif kafein yang paling menonjol adalah menyebabkan sulit tidur. Pada dosis yang lebih tinggi kafein dapat menimbulkan rasa gelisah, merangsang pernapasan, mempengaruhi kerja jantung, mengakibatkan sering buang air kecil, dan meningkatkan sekresi cairan lambung. Keracunan kafein yang dapat berakibat fatal jarang terjadi, karena hal ini hanya dapat terjadi bila seseorang mengkonsumsi sebanyak 75 cangkir kopi dalam waktu 30 menit.
Menyangkut efeknya terhadap anak-anak kecil, kafein dapat mempengaruhi kerja sistem syaraf pusat, dan anak-anak lebih sensitif terhadap pengaruh tersebut. Para ahli tersebut mensinyalir adanya efek negatif kafein terhadap perkembangan otak anak-anak, sehingga akan mempengaruhi kecerdasannya. 

Anemi gizi

Selain rasa nikmat menyegarkan, dalam air teh juga terdapat rasa sepat. Rasa sepat ini timbul karena adanya zat tanin di dalam air teh yang kemudian bereaksi dengan protein mukosa di dalam mulut. Sama halnya bila kita makan buah salak atau jambu biji, kadang-kadang timbul rasa sepat, karena keduanya juga mengandung tanin. 
Yang dipermasalahkan dengan adanya tanin dalam air teh bukan rasa sepatnya, tetapi karena sifat zat ini yang dapat mengikat mineral. Barangkali sering kita lihat adanya lapisan tipis di permukaan air teh, bila air yang dipergunakan banyak mengandung mineral (air sadah). Lapisan tipis tersebut sesungguhnya adalah hasil reaksi antara mineral dengan tanin, membentuk tanat. Pabila tanin tersebut bereaksi dengan mineral-mineral dalam makanan, maka mineral tersebut akhirnya tidak dapat digunakan tubuh dan terbuang bersama feses.
Meminum air teh sebanyak 250 ml per orang per hari, menjadikan seseorang mempunyai kadar besi yang rendah dalam darahya. Disimpulkan bahwa hal ini terjadi karena adanya pengikatan besi oleh tanin dari air teh, sehingga tidak dapat dimanfaatkan lagi oleh tubuh. Ditegaskan bahwa mineral besi yang dapat diikat oleh tanin tersebut adalah apa yang disebut non heme iron, yaitu yang berasal dari serealia, sayuran atau buah-buahan. Sedangkan yang berasal dari daging adalah heme iron, yang dapat segera digunakan oleh tubuh. Mengingat bahwa umumnya di Indonesia konsumsi daging masih sangat rendah, terutama pada golongan kurang mampu, maka pengaruh konsumsi air teh pada bayi/anak patut diwaspadai sebagai salah satu penyebab anemi gizi yang masih merupakan salah satu maslah gizi nasional. 

Air putih bagi anak-anak 

Pada keluarga golongan kurang mampu, pemberian air teh pada bayinya kelihatannya dilakukan karena terpaksa, sebagai pengganti air susu (bubuk) yang tidak terbeli, sedangkan ASI-nya tidak keluar lagi.
Akan tetapi untuk anak-anak kecil, hendaknya kebiasaan minum teh ini perlu dikurangi. Barangkali kebiasaan untuk menyediakan air putih dalam kendi di tiap-tiap keluaraga kurang mampu perlu dihidupkan kembali.

sumber:  web.ipb.ac.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar