BIASAKANLAH HIDUP SEHAT DAN MEMBAGIKANNYA

Selasa, 08 Oktober 2019

Muntah Berlebihan saat Hamil Bisa Jadi Gejala Hyperemesis Gravidarum



Mual dan muntah berlebihan saat hamil adalah salah satu keluhan yang harus diperiksakan ke dokter. Saat mengalaminya, ibu hamil dapat menjadi lemas dan susah makan. Jika tidak ditangani, kondisi yang disebut dengan hyperemesis gravidarum ini bisa membahayakan ibu hami dan janin.

Muntah berlebihan saat hamil biasanya muncul di usia kehamilan 4-6 minggu dan mencapai puncaknya di minggu 9-13 kehamilan.

Umumnya mual dan muntah biasa akan mereda setelah melewati trimester pertama kehamilan, namun muntah berlebihan yang disebabkan oleh hyperemesis gravidarum bisa terus berlanjut hingga minggu ke-20, bahkan sepanjang kehamilan.

Selain mengganggu aktivitas sehari-hari, kondisi ini juga bisa mengakibatkan dehidrasi dan kehilangan berat badan, karena ibu hamil jadi tidak bisa makan dan minum.

Penyebab Hyperemesis Gravidarum

Penyebab terjadinya hyperemesis gravidarum belum diketahui dengan jelas. Namun, kondisi ini kerap dikaitkan dengan perubahan hormon yang dialami oleh ibu hamil. Hormon kehamilan yang diketahui berpengaruh pada munculnya muntah berlebihan ini adalah human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen.

Selain karena faktor hormonal, muntah berlebihan saat hamil juga biasanya lebih berisiko terjadi pada wanita dengan kondisi berikut ini:

  • Baru pertama kali hamil.
  • Hamil anak perempuan atau hamil anak kembar.
  • Pernah mengalami hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki ibu atau saudara kandung perempuan yang mengalami hyperemesis gravidarum.
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas saat hamil.
  • Hamil anggur.
  • Memiliki penyakit tertentu, seperit penyakit tiroid, tukak lambung, penyakit asam lambung, dan migrain.


Tanda dan Gejala Hyperemesis Gravidarum

Seorang wanita hamil disebut menderita hyperemesis gravidarum jika ia merasakan beberapa tanda dan gejala berikut ini:

  • Mual terus-menerus
  • Muntah-muntah lebih dari 3-4 kali sehari
  • Pusing
  • Berat badan berkurang karena terlalu sering muntah
  • Mengalami dehidrasi akibat sering muntah
  • Jarang buang air kecil
  • Lemas
  • Tekanan darah menurun
  • Kulit pucat dan teraba dingin
  • Pingsan

Jika mual muntah tidak menimbulkan beberapa gejala di atas, kemungkinan hal tersebut adalah gejala mual muntah yang normal di alami ibu hamil (morning sickness).

Akan tetapi jika mual dan muntah yang dirasakan sangat berat hingga muncul beberapa gejala lain di atas, maka ibu hamil sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut.

Cara Mengatasi Hyperemesis Gravidarum

Jika tidak segera ditangani, hyperemesis gravidarum bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Bayi yang lahir prematur atau dengan BBLR rentan mengalami berbagai masalah kesehatan.

Sedangkan pada ibu hamil, muntah berlebihan bisa menyebabkan dehidrasi berat, malnutrisi, dan syok yang bisa berakibat fatal. Dalam menangani hyperemesis gravidarum, dokter akan menyesuaikan pengobatan dengan tingkat keparahan gejala dan ada tidaknya komplikasi.

Sedangkan untuk meringankan gejala, ibu hamil dapat melakukan beberapa cara berikut ini:

  • Makan dan minum dengan porsi sedikit namun sering.
  • Mengonsumsi permen mint atau air jahe.
  • Mengonsumsi suplemen kehamilan yang mengandung vitamin B6 atau B1 sesuai dosis yang direkomendasikan dokter.
  • Istirahat yang cukup.
  • Mengonsumsi minuman elektrolit atau minuman ion untuk mengatasi dehidrasi.
  • Menekan titik di tengah-tengah pergelangan tangan, tepatnya tiga jari dari lipatan pergelangan tangan dan di antara dua tendon. Tekan titik tersebut dengan kuat selama tiga menit.
  • Mendapatkan pijatan.

Jika muntah berlebihan saat hamil membuat Bumil sulit untuk makan atau minum, dokter akan menyarankan pemberian nutrisi dan cairan melalui infus. Dokter juga mungkin akan memberikan obat-obatan untuk mengatasi mual dan muntah. Obat ini bisa diberikan secara diminum (oral), melalui suntikan, atau lewat infus.

Apabila Bumil mengalami muntah berlebihan saat hamil, periksakanlah ke dokter kandungan atau rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan yang tepat sedini mungkin. Hal ini penting dilakukan untuk mencegah komplikasi pada ibu hamil dan janin, seperti dehidrasi dan malnutrisi.

Yuk mengenal, mencoba , dan mengkonsumsi OXY secara rutin.

Ga sekedar menyegarkan aja, tapi juga menyehatkan loh 😊


Selasa, 23 Juli 2019

Cara Mudah Atasi Kram Perut saat Haid

Efek kram perut yang dialami wanita saat haid berbeda-beda. Ada yang merasa biasa-biasa saja dan ada juga yang merasakan sakit hingga mengganggu kegiatan sehari-hari. Tapi jangan terlalu khawatir, karena kram perut saat haid bisa kamu atasi sendiri dengan mudah.

Kenali Penyebab Kram Perut saat Haid

Kram perut dapat terjadi karena tubuh mengalami perubahan saat menstruasi. Selama periode ini, kontraksi dinding rahim lebih kuat dari biasanya. Kontraksi ini terjadi agar lapisan rahim bisa mengalirkan darah menstruasi.

Ketika dinding rahim berkontraksi, rahim juga akan menekan pembuluh darah yang melapisi rahim, sehingga bisa memutus aliran darah yang sedang mengantarkan oksigen ke rahim. Putusnya aliran darah akan menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam rahim, kondisi ini kemudian membuat jaringan yang ada di% rahim mulai memproduksi zat kimia bernama prostaglandin, yang memicu rasa sakit.

Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut, ada beberapa cara mudah yang bisa kamu lakukan, yaitu:


1. Banyak minum air

Saat haid, kamu bisa menyiapkan sebotol air yang mudah dibawa untuk bepergian. Kamu bisa menambahkan perasan lemon ke dalamnya untuk memberi rasa dan menggugah selera. Minum air memang tidak mengurangi rasa kram secara langsung, tapi dapat mengatasi perut kembung yang dapat memperberat rasa kram perut yang kamu alami.

2. Konsumsi jenis makanan yang sesuai

Ketika mengalami kram saat menstruasi, kamu bisa mengonsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan biji-bijian utuh. Disarankan untuk menghindari makanan berlemak, goreng-gorengan, atau makanan cepat saji.

3. Kompres hangat bagian yang kram

Selanjutnya kamu bisa mengompres dan menempelkan handuk hangat atau botol berisi air hangat ke area perut yang kram. Selain meredakan rasa sakit, sensasi hangat ini juga bisa membuat kamu lebih rileks.

4. Manjakan tubuh dengan pijatan

Untuk mengatasi kram perut saat haid, kamu bisa memijat lembut area perut bawah dengan gerakan memutar secara perlahan. Kamu bisa menambahkan minyak aromaterapi ketika memijat, yang dapat membuat kamu merasa lebih rileks.

5. Bergerak aktif

Rasa tidak nyaman saat haid mungkin membuatmu malas bergerak alias ‘mager’. Tapi, kamu harus melawannya dengan aktif bergerak atau berolahraga, seperti lari, jalan santai, atau aerobik. Dengan aktif bergerak dan berolahraga, tubuh dapat memproduksi endorfin yang bisa mengurangi rasa sakit sekaligus memperbaiki suasana hati.

6. Konsumsi obat pereda nyeri

Ketika kamu merasakan kram perut yang tidak tertahankan, kamu boleh mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti paracetamol. Tapi ingat, baca dulu aturan pakainya. Jika kamu ragu, berkonsultasilah dengan dokter agar dapat diberikan obat dan dosis yang sesuai.

Kram perut saat haid merupakan hal yang normal. Namun jika kram perut saat menstruasi terasa sangat parah, bisa jadi hal ini disebabkan oleh adanya masalah kesehatan, seperti endometriosis, penyakit radang panggul, dan fibroid rahim.

Kamu bisa mencoba cara-cara di atas untuk mengurangi kram saat mentruasi. Namun jika kram perut yang kamu alami terasa sangat berat, datang secara tiba-tiba, disertai demam, terdapat gumpalan darah dalam jumlah banyak, atau keluar cairan vagina yang kental dan berbau busuk, sebaiknya lakukan pemeriksaan ke dokter.

Jumat, 28 Juni 2019

Waspada, Infeksi Hepatitis A



Penyebab penyakit ini adalah virus hepatitis A. Virus ini dapat menyebar dengan mudah melalui konsumsi makanan atau minuman yang telah terkontaminasi tinja penderita hepatitis A. Hal ini bisa terjadi karena kebersihan diri dan lingkungan yang tidak terjaga.

Faktor Risiko Hepatitis A

Seseorang lebih mudah terkena hepatitis A jika memiliki kondisi sebagai berikut:
  • Mengunjungi atau tinggal di daerah yang terdapat banyak kasus hepatitis A.
  • Melakukan hubungan intim dengan penderita hepatitis A.
  • Tinggal serumah dengan penderita hepatitis A.
  • Mengonsumsi makanan mentah atau setengah matang.
  • Tinggal di lingkungan yang kotor dan minim air bersih.
  • Bekerja di area yang terkontaminasi, misalnya petugas dinas kebersihan atau petugas pembersih toilet.

Gejala Hepatitis A

Gejala hepatitis A muncul beberapa minggu setelah penderita tertular virus tersebut. Gejala yang paling disadari oleh penderita hepatitis A adalah perubahan warna mata dan kulit menjadi kuning. Tetapi sebelum timbulnya penyakit kuning, penderita dapat mengalami demam, yang bisa disertai dengan pusing, menggigil, dan nyeri otot serta sendi. Setelah itu, penderita akan mengalami gejala lanjutan berupa:
  • Lemas
  • Mual dan muntah
  • Warna urine menjadi gelap seperti teh
  • Warna tinja menjadi pucat seperti dempul
  • Nyeri perut bagian atas
  • Tidak nafsu makan
  • Berat badan menurun
  • Kulit terasa gatal
  • Penyakit kuning (ikterus)
Gejala di atas akan muncul dalam waktu 2 minggu hingga 1 bulan setelah tertular virus.

Kapan Harus ke Dokter

Gejala awal sering kali tidak disadari oleh penderita, sehingga biasanya penderita baru datang ke dokter setelah warna mata dan kulit sudah menguning.

Tanda awal dari penyakit kuning adalah warna urine yang berubah menjadi lebih gelap seperti teh dan warna tinja yang pucat seperti dempul, sebelum perubahan warna pada kulit dan mata nampak. Anda dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter bila timbul gejala awal dari penyakit kuning ini.

Mual, muntah, dan tidak nafsu makan berisiko menimbulkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi. Bila sama sekali tidak ada makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi, penderita perlu dirawat di rumah sakit dan dipasang infus, untuk mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi.

Diagnosis Hepatitis A

Sebagai langkah awal, dokter akan mengajukan pertanyaan terkait gejala yang dialami penderita dan penyakit yang pernah diderita sebelumnya. Dokter juga akan menanyakan kondisi kesehatan anggota keluarga lainnya.

Gejala hepatitis A yang mudah dikenali saat pemeriksaan fisik adalah sakit kuning. Pada kondisi ini, dokter akan meminta pasien untuk menjalani tes lanjutan.

Tes darah akan dilakukan untuk mendiagnosis hepatitis A. Sampel darah penderita akan diambil oleh petugas untuk pemeriksaaan fungsi hati serta keberadaan antibodi virus hepatitis A.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan tambahan, seperti hitung sel darah, USG perut, dan antibodi terhadap hepatitis B atau hepatitis C, untuk mencari tahu adanya penyakit lain yang bisa menyebabkan sakit kuning.

Pengobatan Hepatitis A

Hepatitis A akan sembuh dengan sendirinya karena sistem kekebalan tubuh penderita dapat membasmi virus tersebut. Pengobatan yang diberikan hanya untuk meringankan gejala-gejala yang dialami penderitanya, sambil menunggu penyakit sembuh.

Selain itu, penting bagi penderita untuk menjaga kebersihan untuk mencegah penularan ke orang lain. Penderita yang sembuh akan memiliki kekebalan tubuh terhadap penyakit ini.


Untuk meredakan gejala, dokter akan meminta pasien untuk:
  • Beristirahat total.
  • Sering minum air putih untuk menjaga kecukupan cairan tubuh.
  • Tetap makan walaupun nafsu makan menurun.
  • Makan dengan porsi sedikit dan menghindari makanan berlemak, untuk mencegah mual dan muntah.
  • Menghindari minuman beralkohol.
  • Menggunakan pakaian longgar untuk mengurangi rasa gatal.
Penderita disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat, walaupun obat tersebut dijual bebas tanpa resep dokter. Obat-obatan yang dikonsumsi tanpa anjuran dokter berisiko menambah parah gangguan fungsi hati yang dialami penderita.

Mengingat penyakit ini mudah untuk ditularkan, beberapa cara berikut perlu dilakukan pasien untuk mencegah penyebaran infeksi hepatitis A ke orang lain:
  • Tidak berbagi handuk dengan orang lain dan jangan mencampur cucian pakaian dengan milik orang lain.
  • Disiplin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara teratur, khususnya setelah dari toilet.
  • Menghindari berhubungan intim.
  • Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain.
Komplikasi Hepatitis A

Infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit liver jangka panjang (kronis) dan jarang berakibat fatal. Meski demikian, penyakit ini berpotensi menyebabkan gagal hati, terutama pada lansia dan orang yang sudah menderita penyakit liver kronis sebelumnya. Pasien yang mengalami komplikasi ini harus menjalani perawatan di rumah sakit.

Terkena hepatitis A saat sedang hamil juga berisiko mengalami kelahiran prematur. Selain itu, ibu hamil yang menderita hepatitis A juga berisiko mengalami ketuban pecah dini dan solusio plasenta. Meski demikian, tidak diketahui apakah hepatitis A yang terjadi pada ibu hamil dapat menular kepada bayi yang dikandungnya.

Pencegahan Hepatitis A

Hepatitis A dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
  • Melakukan vaksinasi hepatitis A. Vaksin ini dianjurkan bagi mereka yang berisiko tinggi terkena hepatitis A, misalnya orang yang pekerjaannya berhubungan dengan kotoran, seperti petugas dinas kebersihan atau petugas pembersih toilet, petugas yang menyiapkan makanan, untuk menghindari penularan ke banyak orang, dan penderita penyakit liver kronis, untuk menghindari komplikasi gagal hati. Vaksin ini dapat dilakukan pada usia 2-18 tahun sebanyak dua kali dengan interval 6-12 bulan.
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah mudah berikut: - Selalu mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, terutama sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah dari toilet. - Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk, termasuk juga peralatan makan. - Hindari jajan di pedagang kaki lima yang kebersihannya kurang terjaga.
  • Menghindari konsumsi makanan mentah atau setengah matang

Produk air putih yang sehat untuk penderita hepatitis A:

OXY Activated Water

Kamis, 23 Mei 2019

Tips Saat Sahur, Membangunkan dan Pilihan Makanan Untuk Anak



Puasa anak-anak tentunya berbeda dengan puasa orang dewasa yang sudah berpengalaman. Oleh karena itu, banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dalam membangunkan dan saat makan sahur pada anak.

Saat membangunkan anak pada waktu sahur, jangan membangunkan anak secara mendadak, usahakan membangunkannya satu jam sebelum sahur. Hal ini untuk membangun mood anak agar tidak bermalas-malasan ketika makan sahur nantinya. Mengajak anak untuk menyiapkan makanan atau mengajak anak mengobrol juga menjadi hal yang baik untuk membangun mood anak.

Pemilihan makanan untuk anak pun harus diperhatikan. Usahakan makanan yang dikonsumsi anak adalah makanan dengan indeks glikemik tinggi. Makanan dengan kombinasi karbohidrat dan protein akan bagus untuk puasa anak-anak.

Dengan mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks saat sahur, puasa anak-anak akan lebih lancar karena adanya energi yang membuat mereka tidak cepat lapar.

Selain itu, hindari makanan manis saat sahur. Makanan manis biasanya mengandung gula sederhana yang menyebabkan lapar dan cepat lelah. Namun saat berbuka puasa, berikanlah anak kurma ataupun jus buah untuk mengisi kembali cadangan energi.

Untuk menghindari dehidrasi dalam puasa anak-anak, minum air putih yang banyak. Anak yang aktif dalam bergerak akan cepat kehabisan cairan dalam tubuh, oleh karena itu dibutuhkan asupan cairan yang banyak saat sahur agar mereka tetap terhidrasi. Minum OXY minimal satu botol saat sahur, satu botol sebelum makan di waktu buka dan satu botol sebelum tidur malam.

Minuman seperti kopi, teh atau bahkan soda sangat tidak disarankan saat sahur. Minuman minuman yang mengandung kafein ini malah membuat tubuh membutuhkan cairan lebih banyak lagi.

Makanan berminyak dan digoreng juga harus dihindari. Puasa anak-anak tentunya akan lebih rentan bahaya karena perut anak yang lebih sensitif dibanding perut orang dewasa. Dengan tidak mengonsumsi makanan berminyak dan digoreng, puasa anak-anak akan terhindar dari sakit perut dan muntah saat berpuasa.

Selasa, 21 Mei 2019

Konsumsi Jus Buah Secara Reguler, Dapat Memperpendek Usia



Saat Bulan Ramadhan seperti sekarang ini, jus buah menjadi salah satu pilihan utama untuk berbuka puasa. Selain segar dan manis, jus buah juga mengandung berbagai mineral dan vitamin, terutama vitamin C, yang dibutuhkan tubuh.

Namun, seberapa baik manfaat jus buah jika kita mengonsumsinya setiap hari?

Menurut studi terbaru, konsumsi jus buah secara reguler justru malah dapat memperpendek usia anda.

Orang dewasa yang meminum minuman manis dengan kadar gula tinggi, termasuk jus buah, soda, dan minuman manis lainnya, memiliki risiko tinggi untuk meninggal lebih awal menurut Jean Welsh, associate professor Emory University School of Medicine, Atlanta, dilansir dari Medical Xpress, Jumat (17/5/2019).

Upaya untuk mengurangi konsumsi soda dan minuman bergula lain juga harus mengikutsertakan jus buah, dan upaya ini perlu diberlakukan baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

Studi ini dilakukan dengan mengoleksi data dari 13.440 responden yang terdiri dari pria dan wanita dengan usia rata-rata 64 tahun, yang juga merupakan bagian dari studi terkait stroke yang dilakukan dalam kurun waktu 2003-2007.

Dari partisipan tersebut, 71 persen diantaranya mengidap obesitas.

Partisipan tersebut diberi pertanyaan  mengenai seberapa banyak minuman manis yang mereka konsumsi. Selama periode 6 tahun, 1.168 partisipan meninggal dunia.

Para peneliti menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi paling banyak minuman manis, termasuk jus buah murni, memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kematian selama dilaksanakannya studi, dibandingkan dengan partisipan yang tidak banyak meminum minuman manis.

Studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open ini juga menunjukkan bahwa konsumsi 350 mililiter, sekitar 1,5 gelas, dapat meningkatkan risiko kematian lebih tinggi lagi.

Sebagian besar orang telah menyadari bahwa soda dan minuman manis lainnya, termasuk minuman ringan dan minuman berenergi, memiliki kaitan dengan kenaikan berat badan dan gangguan kesehatan lainnya. Tapi jus buah masih dianggap sebagai pilihan yang aman bagi kesehatan, menurut Marta Guasch-Ferre, peneliti dari departemen nutrisi Harvard T.H. Chan School of Public Health, Boston.

Telah ditemukan banyak bukti mengenai hubungan antara peningkatan risiko diabetes, penyakit jantung, dan obesitas dengan minuman manis. Namun, hubungannya dengan jus buah masih agak kabur.

Buah utuh memang mengandung beberapa nutrisi yang dapat bermanfaat bagi kesehatan, namun mereka juga memiliki kadar gula tinggi.

Meski jus buah diasosiasikan dengan peningkatan risiko diabetes dan penyakit jantung, tapi buah umum relatif aman. Rekomendasi saat ini adalah mengonsumsi tidak lebih dari segelas jus buah per harinya.

Sementara itu, smoothies dengan campuran buah dianggap sebagai pilihan yang lebih aman, namun bahan penyusunnya dapat bervariasi dan belum banyak riset yang dilakukan mengenai efeknya bagi kesehatan. Smoothies juga memiliki kalori cukup tinggi dan tidak disarankan untuk dikonsumsi setiap hari.

Sementara itu, jus sayuran mengandung kalori lebih rendah, namun kandungan garamnya cukup tinggi.

Bukti yang ada saat ini mensugestikan bahwa air putih merupakan minuman yang terbaik bagi kesehatan, dan konsumsi minuman jenis lain, seperti teh atau kopi tanpa gula dan krimer, seharusnya menjadi pilihan yang relatif lebih aman dibanding minuman manis bergula.


OXY Activated Water, merupakan minuman yang terbaik bagi kesehatan. Mengonsumsi OXY dapat menghindari dehidrasi serta membantu proses detoksifikasi/membuang racun dalam tubuh

Jumat, 22 Maret 2019

Hal Penting Yang Harus Diketahui Sebelum Melakukan Donor Darah



Tahukah kamu kalau dengan satu orang mendonorkan darahnya, dia dapat menyelamatkan tiga nyawa? Yup, donor darah memang memiliki manfaat yang sangat besar bagi penerimanya.

Bukan cuma itu, manfaat ini juga dirasakan oleh mereka yang memberikannya. Ada berbagai hal positif yang bisa kamu dapatkan ketika mendonorkan darah, mulai dari membantu membakar kalori, menjaga kesehatan jantung, meningkatkan produksi sel darah, hingga menurunkan risiko kanker. Di samping dari manfaat kalau dengan mendonorkan darah kamu telah membantu orang lain yang sedang berjuang melawan penyakit tertentu.

Tertarik untuk mendonorkan darah? Well, untuk melakukannya ada beberapa syarat yang harus kamu penuhi terlebih dahulu. Sebab, demi kesehatan tubuh kamu dan calon penerima, tak semua orang bisa mendonorkan darah mereka. Berikut 12 pertanyaan yang krusial sebelum mendonorkan darah agar kamu mengetahui hal penting yang harus diketahui sebelum melakukannya.

1. Apa saja syarat mendonorkan darah?

Palang Merah Indonesia (PMI) mensyaratkan beberapa hal ini ketika akan mendonorkan darah:

  1. Berumur 17-60 tahun.  Pada usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila mendapat izin tertulis dari orangtua. 
  2. Berat badan minimum 45kg.
  3. Temperatur tubuh: 36,6°C-37,5°C yang diukur secara oral. Tekanan darah baik: Sistole = 110-160mm Hg dan Diastole = 70-100mm Hg.
  4. Denyut nadi: teratur 50-100 kali per menit
  5. Hemoglobin: Wanita minimal = 12gr % sedangkan Pria minimal = 12,5gr %

Jika kamu tidak dapat memenuhi syarat tersebut, kamu tidak boleh melakukan donor darah. Wanita yang sedang hamil, menjalankan IVF, mengonsumsi jenis obat tertentu, dan baru saja menerima transfusi darah juga tidak diperbolehkan menjadi donor.

2. Apakah boleh mendonorkan darah saat sedang mensturasi?

Kamu boleh mendonorkan darah ketika menstruasi, tapi kalau sedang "deras" sebaiknya jangan melakukannya dulu. Ini karena segala bentuk kehilangan darah dari tubuh dapat mengurangi zat besi tubuh dan membuat kamu merasa tidak enak badan untuk beberapa waktu.

Kalau kamu sedang melakukan pemeriksaan kesehatan tertentu, sebaiknya tunda dulu mendonorkan darah hingga kamu mendapatkan hasil pemeriksaan tersebut.

3. Seberapa banyak darah yang akan diambil?

Di Indonesia, rata-rata jumlah darah yang diambil adalah 250cc hingga 500cc.

4. Apakah donor darah hanya terbatas untuk golongan darah tertentu?

Kamu bisa mendonorkan darah kamu, terlepas dari golongan darah yang kamu miliki. PMI membutuhkan setiap jenis golongan darah.

Hanya saja, memang ada beberapa jenis golongan darah yang lebih "diminati". Terutama untuk golongan darah yang langka seperti O negatif dan B negatif.

5. Berapa lama proses mengambil darah?

Biasanya proses mendonorkan darah memakan waktu kurang lebih satu jam.

6. Apakah ada pemeriksaan tertentu yang harus dilakukan sebelum mendonorkan darah?

Ketika melakukan donor darah, kamu harus melakukan registrasi terlebih dahulu dan menunjukkan kartu identitas kamu (KTP, SIM, atau paspor). Setelah itu petugas pelayanan akan menanyakan riwayat kesehatan kamu. Pada tahap ini pula, petugas akan mengukur tekanan darah, kadar hemoglobin, suhu tubuh, denyut

7. Berapa kali seseorang bisa mendonorkan darah?

Jumlah penyumbangan per tahun paling banyak lima kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya tiga bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor, dan jika dibutuhkan pemeriksaan dokter.

8. Apakah mendonorkan darah bisa menyebabkan anemia?

Ya, kalau kamu terlalu sering melakukannya. Level hemoglobin (pigmen merah dalam darah kamu) berbeda setiap orang. Pria biasanya punya level hemoglobin yang lebih tinggi dibandingkan wanita, sebab wanita mengalami menstruasi.

Akan tetapi, kadar hemogloblin yang disyaratkan PMI telah menjamin level hemoglobin tubuh tetap terjaga setelah melakukan donor darah.

9. Makanan dan minuman apa yang sebaiknya dikonsumsi sebelum dan sesudah mendonorkan darah?

Ada baiknya kamu menjaga waktu makan yang tertatur beberapa hari sebelum mendonorkan darah agar gula darah kamu lebih stabil. Hal ini penting supaya kamu tak merasa pusing setelah mendonorkan darah.

Mengonsumsi kudapan sebelum melakukan donor juga dapat membantu level gula darah. Pastikan pula kalau kamu rutin mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, contohnya daging merah dan sayuran hijau. Hal yang tak kalah penting adalah menjaga cairan tubuh sebelum mendonorkan darah supaya kamu tidak dehidrasi setelah melakukannya.

Begitu pula setelah mendonorkan darah. Kamu dianjurkan untuk makan makanan yang tinggi zat besi dan menjaga cairah tubuh. Minum juga susu yang bisa membantu tubuh untuk memproduksi sel darah baru. Tapi, kamu tak usah khawatir soal yang satu ini karena setelah mendonorkan darah petugas biasanya akan memberikan minuman ini disertai air putih dan beberapa kudapan kecil. Tujuannya untuk mengembalikan tenaga kamu agar kamu bisa dapat langsung beraktivitas kembali.


10. Bolehkah minum alkohol sebelum mendonorkan darah?

Setengah dari darah yang kamu donasikan adalah cairan tubuh kamu. Lalu, kalau kamu minum alkohol–yang bisa bikin tubuh dehidrasi–sebelum mendonorkan darah, kamu akan lebih mudah merasa lemas setelahnya. Bahkan, ini bisa meningkatkan risiko pingsan.

So, penting untuk menghindari alkohol sebelum dan sesudah mendonorkan darah. Hal ini karena alkohol dapat membuat tubuh dehidrasi dan memperlambat pemulihan.

11. Apakah boleh berolahraga sebelum atau sesudah menjadi donor?

Kamu masih bisa melakukan olahraga yang ringan, tapi sebaiknya hindari melakukan olahraga yang berat atau menggunakan alat beban di hari kamu mendonorkan darah. Ini berarti sebelum dan sesudah kamu melakukannya. Biarkan tubuh kamu beristirahat, sehingga tubuh dapat bekerja efektif untuk mengganti cairan yang hilang sehabis mendonasikan darah.

Untuk seks, baiknya "menahan" diri tak melakukannya beberapa jam setelah melakukan donor darah.


12. Efek apa yang akan dirasakan setelah donor darah?

Sebagian besar orang tidak akan merasakan efek pada fisik mereka setelah memberikan darah. Petugas akan meminta kamu beristirahat minimal 30 menit setelah mendonorkan darah dan setelah itu kamu bisa langsung  kembali beraktivitas.

Namun, terkadang, kamu bisa merasa gejala pingsan (pusing, mual, dan tubuh terasa panas, berkeringat, dan gemetar). Apabila kamu merasakan hal ini, kamu harus segera merebahkan tubuh. Beristirahatlah sampai kamu merasa lebih baik, dan jangan lupa untuk menjaga asupan cairan tubuh dengan minum air putih.

Timbulnya memar setelah mendonorkan darah adalah hal yang umum terjadi. Hal tersebut biasanya tak berbahaya dan akan hilang setelah beberapan hari. Akan tetapi, kalau ada efek fisik yang membuat kamu merasa tak nyaman, tidak ada salahnya untuk memeriksakan diri ke dokter.

OXY Activated Water, menjaga asupan cairan tubuh.

Mengapa memilih OXY Activated Water? Karena memang fungsi itu ada pada OXY. Sifat OXY Activated Water yang merupakan air aktif akan menyebabkan molekul air menjadi lebih kecil dan menyebabkan air ini lebih cepat terserap tubuh melalui usus sehingga secara keseluruhan tubuh membantu pemenuhan kebutuhan cairan tubuh dan tubuh tidak mengalami dehidrasi, selain fungsi air yg menstabilkan suhu tubuh. Mengonsumsi OXY juga dapat membantu menstabilkan tekanan darah dan membantu membangkitkan energi sel sehingga kamu dapat mengembalikan tenaga kamu lebih cepat agar kamu bisa dapat langsung beraktivitas kembali.