BIASAKANLAH HIDUP SEHAT DAN MEMBAGIKANNYA

Senin, 24 November 2014

Psychology Warna Dalam Kesehatan

Terapi warna juga dikenal sebagai chromatherapy adalah prinsip bahwa warna tertentu dimasukkan bersama kekuatan penyembuhan. Tujuh warna pelangi meningkatkan keseimbangan dan penyembuhan dalam pikiran dan tubuh. Bentuk terapi ini juga berhubungan dengan hydrotherapy dan aromatherapy untuk meningkatkan efek penyembuhan.
Ayurveda adalah bentuk kuno dari pengobatan yang berhubungan dengan terapi warna yang dipraktekkan di India selama bertahun-tahun. Ayurveda menggunakan energi yang melekat dalam spektrum warna untuk mengembalikan keseimbangan dalam diri individu. Mereka yang berlatih terapi warna menghubungkan tujuh warna dari spektrum ke area khusus dari tubuh yang dikenal sebagai cakra. Di Mesir kuno, mereka merancang kuil penyembuhan khusus yang menangkap dan memecah sinar matahari dalam komponen warna yang menciptakan cahaya pada kamar mandi yang digunakan oleh dokter Mesir.
Kita dapat menerapkan terapi warna dalam rutinitas sehari-hari kita dalam beberapa cara. Mengenakan pakaian atau makan makanan dengan warna tertentu, mengekspos tubuh pada cahaya yang berwarna atau membayangkan warna adalah metode dari terapi warna. Lingkungan, lukisan dinding dan pemilihan warna tertentu untuk jendela, perabotan dan hiasan juga bentuk terapi warna yang diketahui mempunyai manfaat  positif bagi kesehatan.
Penelitian menunjukkan warna langsung mempengaruhi perilaku manusia. Mengetahui prinsip-prinsip dasar dari setiap warna dan bagaimana menggunakannya secara akurat sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang cocok untuk pengaturan perumahan atau kesehatan. 
Warna memainkan peran penting bagaimana orang merespon untuk menghabiskan waktu dalam ruang tertentu. Sebagai contoh, warna dinding dan kain untuk sebuah ruangan mempengaruhi respon seseorang pada ruangan itu. Sering, respon untuk warna ini berkorelasi langsung dengan kenyamanan dan kesejahteraan orang tesebut.
Desainer menggunakan warna untuk menarik perhatian atau untuk membedakan dari elemen interior dan exterior.Ini dilakukan untuk menyorot fitur desain positif sementara meminimalkan  struktur elemen yang kurang menarik.
Sebuah skema warna netral atau pastel mungkin cocok di ruang rumah sakit di mana pasien cenderung rawat inap hanya seminggu. Namun, di fasilitas perawatan jangka panjang, pasien menghabiskan sejumlah besar waktu dalam satu ruangan, dan warna dapat menjadi membosankan, serta sulit untuk digunakan bagi penderita low vision. Fasilitas perawatan jangka panjang dan panti jompo harus menyediakan kamar dengan keseimbangan warna dan campuran nada kontras. Pada dasarnya, idenya adalah untuk menjaga ruang segar dan menarik dengan isyarat visual yang jelas.
Warna dan desain interior ruang adalah masalah kenyamanan serta fungsi. Fasilitas khusus, seperti ubtuk orang-orang dengan penyakit Alzheimer, harus menghindari pola karena bisa menciptakan kebingungan.
Mendekorasi ruang dengan warna merah, biru, kuning dan hijau dapat digunakan untuk memulihkan kesehatan seseorang. Warna-warna ini menghubungkan dengan sesuai pada tubuh, pikiran dan emosi -dan keseimbangan penting antara mereka.  Menurut colorconnections.com, sifat psikologis warna ini adalah sebagai berikut:
  • Merah meningkatkan suhu darah dan merangsang sirkulasi. Merah digunakan untuk merawat penderita anemia, kelelahan, kelumpuhan.
  • Biru adalah menenangkan. Hal ini digunakan untuk kasus-kasus kondisi peradangan, luka bakar, dan memar. Ini juga membantu pada eksim, psoriasis, ruam, dan luka. Selain itu, biru membantu meringankan ketegangan, stres, dan masalah dengan sistem kekebalan tubuh. Diyakini juga untuk meringankan insomnia, kecemasan, tekanan darah tinggi, migrain, dan iritasi kulit.
  • Kuning digunakan untuk membantu pencernaan serta hati dan proses usus. Kuning diduga memiliki sifat antibakteri dan dekongestan untuk bertindak sebagai pembersih bagi tubuh. Dan diketahui untuk membantu meringankan rematik dan radang sendi.
  • Hijau menciptakan keseimbangan dan harmoni dalam tubuh. Ini sangat baik untuk jantung dan masalah darah. Diketahui mempengaruhi struktur sel manusia dan otot. 
  • Oranye memberikan vitalitas tubuh dan berhubungan dengan ginjal, saluran kemih, dan organ reproduksi. 
  • Ungu dikaitkan dengan mata, telinga, hidung, dan mulut. Ini membantu sakit kepala dan sinus, dan dikenal untuk menenangkan sistem saraf
Saat ini terapi warna telah dikenal untuk menghasilkan respons emosional yang luar biasa pada individu. Apakah warna yang digunakan untuk mendorong penyembuhan atau untuk meningkatkan fungsi ruang, terapi warna bisa mempunyai pengaruh sangat kuat.

Catatan: Informasi ini adalah untuk tujuan pengetahuan saja dan tidak boleh digunakan untuk mendiagnosa atau mengobati penyakit. Jika Anda memiliki gejala apapun, silahkan mengunjungi dokter Anda 

Minggu, 16 November 2014

Apakah Itu Penyakit ALS?

Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS) adalah salah satu jenis penyakit yang tergolong dalam penyakit saraf motor  atau Motor Neuron Disease (MND). Ada juga yang menyebutnya sebagai penyakit Charcot. Jika diuraikan kata demi kata, Amyotrophic Lateral Sclerosis berarti: A: tanpa, myo: otot, troph: makanan (substansi untuk hidup dan tumbuh), lateral: sisi (kiri/kanan tulang belakang), sclerosis: pengerasan. Artinya ALS adalah pengerasan (menjadi tak berfungsi) otot yang disebabkan karena otot tak menerima asupan substansi untuk hidup dan tumbuh. Yang terjadi sebenarnya bukanlah otot-otot itu tidak menerima asupan makanan, tetapi tidak menerima perintah dari “pusat” alias otak. ALS adalah penyakit yang disebabkan oleh degenerasi sel saraf motor. Padahal sel saraf motor inilah yang berfungsi sebagai pemicu dan pengendali gerak otot pada hampir seluruh tubuh kita. Belum jelas dan pasti apa yang menyebabkan sel saraf motor mengalami degenerasi. Yang jelas, karena jumlah sel saraf motor yang sehat semakin berkurang karena berangsur rusak atau bahkan mati, maka semakin sedikit pula perintah dari pengatur saraf pusat yang sampai ke otot. Akibatnya penderita ALS tidak selalu bisa menggerakkan ototnya sekehendaknya.
ALS adalah penyakit yang progresif, artinya proses degenerasi motor neuron akan terus berlanjut dan meluas ke semua bagian, dan ini berakibat pada meluasnya otot yang dipengaruhi.  Pada awalnya, motor neuron yang terdegenerasi terfokus pada lokasi amat terbatas, misalnya  yang berurusan dengan gerak telapak kaki kiri saja, atau telapak tangan kanan saja, atau pada daerah leher saja. Namun lambat atau cepat progres akan dirasakan pada bagian-bagian lain pada tubuh. Fokus lokasi awal, dan laju progres (cepat atau lambat) amat bervariasi dari pasien ke pasien. Yang jelas, semakin meluasnya dampak ALS pada tubuh dan semakin melemahnya tubuh mengakibatkan lumpuh. Ini bisa berakibat fatal karena otot-otot yang melaksanakan aktivitas bernafas dapat diserang pula oleh ALS. Kebanyakan pasien ALS meninggal karena masalah pernafasan.

Apa Saja Gejala dan Tanda Penyakit ALS  ini?

GEJALA :

Contoh gejala awal ALS adalah menjadi sering tersandung, terlepas dan jatuhnya barang yang sedang dipegang, kesulitan mengancingkan baju, suara bicara menjadi parau yang aneh. Gejala lain adalah rasa lelah, kram pada ekstremitas, kedutan yang muncul dan berulang pada lokasi-lokasi otot tertentu, dan juga rasa melemahnya otot-otot tertentu. Gejala yang umumnya muncul pada tahap berikutnya adalah kesulitan pada daerah seputar leher seperti menelan, mengunyah, dan berbicara, sulit membuka/menutup mulut dengan sempurna, tergigitnya dinding pipi, bibir, lidah, ketika merapatkan rahang, menutup kelopak mata dengan rapat, dan kesulitan pada ekstremitas seperti berjalan, mengangkat, menulis, dll.

TANDA - TANDA Penyakit ALS :

Degenerasi pada motor neuron atas mengakibatkan tanda-tanda: 
  1. Otot-otot kehilangan ketrampilan gerak, sehingga gerakan kaku/patah-patah 
  2. Sulit mempertahankan gerakan berulang dengan frekuensi tinggi, seperti mengetuk jari ke meja dengan cepat, menggulung lidah dengan cepat, dll. 
  3. Spastisitas: otot menjadi tegang ketika diregangkan dan gangguan pada motor neuron menyebabkan jeda pada relaksasi yang harusnya melawan ketegangan otot. 
  4. Spastic bulbar palsy: spastisitas pada otot-otot bulbar menyebabkan gerakan kaku dan lambat untuk mengunyah, menelan, berbicara, dan terkadang menyebabkan juga labilitas emosi (kesulitan dalam mengendalikan dorongan untuk menangis dan tertawa yang berlebihan) 
  5. refleks menjadi hiperaktif 
  6. refleks patologis seperti efek Babinsky: ketika telapak kaki disentuh dengan benda tumpul dari arah tumit ke jari kaki, ibu jari kaki akan mencuat dan jari-jari kaki yang lain berurai. Pada kondisi normal, perlakuan yang sama akan membuat ibu jari kaki menekuk. 

Degenerasi pada motor neuron bawah akan memunculkan tanda-tanda:
  1. Otot terasa lemah dan mengalami atrophy 
  2. Kedutan pada serat-serat otot 
  3. Kram otot 
  4. Refleks melemah 
  5. Berkurangnya kekencangan (tone) otot (flaccidity), termasuk flaccid bulbar palsy. Berlawanan dari spastic (kekakuan) bulbar palsy akibat degenerasi motor neuron atas, pada kondisi flaccid otot menjadi tidak kencang (lemas/pasif). 
  6. Dysarthria: sulit mengartikulasikan ucapan 
  7. Dysphagia: sulit mengunyah dan/atau menelan; sulit koordinasi antara menelan dan bernafas, sehingga terkadang pasien tersedak atau terjadi aspirasi, yakni masuknya makanan/minuman ke tenggorokan 
  8. Sialorrhea: keluarnya air liur karena berkurangnya efektivitas proses penelanan air liur yang otomatis dan kesulitan mengatupkan bibir dengan rapat. 
  9. Melemahnya otot-otot pengendali pernafasan yang mengakibatkan menurunnya kapasitas nafas sehingga nafas tersengal bahkan pada saat diam
Karena mayoritas penderita ALS berusia lebih dari 60 tahun, kebanyakan pasien mengira tanda-tanda di atas adalah tanda-tanda penuaan normal

Kamis, 06 November 2014

Rokok Elektronik - E cigarette

Tembakau merupakan masalah dunia. Merokok tidak hanya merugikan pengguna tetapi juga lingkungan sekitarnya, yang disebut perokok pasif. Studi menunjukkan bahwa asap rokok yang dihembuskan mengandung nikotin 4-6 kali daripada yang dihirup oleh pengguna.
Saat ini WHO sedang memerangi epidemi tembakau dengan berbagai strategi, salah satunya adalah dengan upaya berhenti merokok. Upaya berhenti merokok ini selain melalui teknik konseling juga dilakukan dengan menggunakan terapi pengganti nikotin/Nicotine Replacement Therapy (NRT) seperti permen karet, tablet hisap, sediaan tempel kulit, inhaler dan semprot hidung. Bagaimana dengan elektronik rokok atau e-cigarette? Sebuah rokok elektronik atau e-rokok adalah inhaler berbasis baterai yang memberikan nikotin yang disebut oleh WHO sebagai sistem pengiriman elektronik nikotin.
E-cig merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap sehingga dikenal dengan sebutan Electronic Nicotine Delivery System (ENDS). Electronic cigarette dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya. Larutan nikotin tersebut memiliki komposisi yang berbeda-beda dan secara umum ada 4 jenis campuran. Namun semua jenis campuran mengandung nikotin, propilen glikol.
Pada awalnya rokok elektronik memang dipasarkan sebagai alternatif yang aman pengganti merokok tembakau dengan mekanisme kerja sebagai alat penyemprot dan penguap cairan nikotin dalam cartridge. Cairan nikotin ini hanya mengandung nikotin, propilen glikol, penyedap (untuk mensimulasikan rasa tembakau), dan air, tanpa tar berbahaya dan aditif kimia beracun.
Pada tahun 2009 FDA mensponsori penelitian untuk mengevaluasi rokok elektronik dan menemukan bahwa rokok elektronik masih mengandung nitrosamine tembakau tertentu /Tobacco Specific Nitrosamines (TSNA) dan Diethylene Glycol (DEG) yang diketahui menjadi racun dan karsinogen.
Sebuah studi penilaian ulang, didanai oleh produsen rokok elektronik, melaporkan bahwa TSNA terdeteksi dalam jumlah yang sangat kecil. Menariknya, TSNA juga terdeteksi di produk NRT lain yang disetujui FDA. Studi terbaru yang membandingkan beberapa rokok elektronik mencatat bahwa beberapa e-cigarette merek tertentu meningkatkan secara signifikan kadar karbon monoksida di dalam plasma dan tingkat denyut jantung pengguna.
Memang E- cig ini pernah digunakan sebagai alat bantu program berhenti merokok dengan cara mengurangi kadar nikotin e-cig secara bertahap.
Walaupun begitu, rokok elektronik ini tentu memiliki bahaya bagi kesehatan yaitu:
  • Adiksi, karena alat ini merupakan cara baru memasukkan nikotin dalam tubuh, dimana seperti telah kita ketahui bersama bahwa nikotin mengakibatkan efek buruk terhadap tubuh yaitu adrenalin meningkat _ tekanan darah meningkat dan juga mengakibatkan ketagihan.
  • Keracunan akut nikotin: adanya kasus kematian anak.
  • Adanya peringatan dari pabrik rokok elektrik yang menyatakan: “Bagi konsumen yang memiliki penyakit paru (misal. asthma, PPOK, bronchitis, pneumonia), uap yang dihasilkan e-cig dapat menimbulkan serangan asthma, sesak napas, dan batuk. Jangan gunakan produk ini jika mengalami keadaan di atas”. Hal ini " menunjukkan bahwa produk ini benar-benar berbahaya , terutama untuk sistem pernapasan.
  • Adanya laporan kasus pribadi dari konsumen yang dirawat karena mengalami penyakit akibat e-cig, misalnya::
    • pneumonia
    • gagal jantung
    • disorientasi
    • kejang
    • hypotensi
    • luka bakar akibat meledaknya e-cig dalam mulut, dll
Yang  lebih menghawatirkan adalah rokok elektrik dianggap/dipersepsikan lebih aman (menawarkan “rasa aman palsu"/"Illusive safety") dibandingkan rokok oleh konsumen karena tidak menghasilkan 'asap' yang merupakan akibat dibakarnya tembakau/rokok. Namun begitu efek terhadap orang lain (second hand smoke) tetap ada mengingat penggunaan rokok elektrik ini menghasilkan emisi partikel halus nikotin dan zat2 berbahaya lain ke udara di ruang tertutup
Selain itu semua cairan nicotin di dalam e-cig mengandung propilen glycol yaitu suatu zat yang dapat menyebabkan iritasi jika dihirup. Biasanya zat ini digunakan untuk pembuatan shampoo, sebagai pengawet makanan dan pelarut obat-obatan.
Riset tentang e-cig ini sudah banyak dilakukan di dunia, namun memang di Indonesia belum ada. Hasil studi yang ada menunjukkan antara lain bahwa e-cig:
  • Memiliki kadar nikotin lebih rendah dari rokok tembakau dan tidak memiliki campuran kimia yang berbahaya seperti tar atau zat toksik lain akibat pembakaran tembakau
  • Mengandung zat berbahaya seperti Tobacco Specific Nitrosamines (TSNA), Diethylene Glycol (DEG) dan karbon monoksida
  • Meningkatkan kadar plasma nikotin secara signifikan dalam 5 menit penggunaannya selain itu juga meningkatkan kadar plasma karbon monoksida dan frekuensi nadi secara signifikan yang dapat mengganggu kesehatan
  • Memilliki efek akut pada paru seperti pada rokok tembakau yaitu kadar nitrit oksida udara ekshalasi menurun secara signifikan dan tahanan jalan napas meningkat signifikan.
Namun saat ini Food and Drug Association (FDA) dan bahkan Electronic Cigarette Association (ECA) sudah tidak menganjurkan hal ini lagi. Data-data yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa rokok elektronik belum terbukti sebagai alternatif yang aman untuk NRT dan masih diperlukan studi lebih lanjut untuk mengevaluasi dampak kesehatan dari rokok elektronik pada penggunaan jangka panjang.
Sedangkan peredaran e-cig di Indonesia adalah sebagai komoditi perdangangan alat elektronik lainnya, bukan sebagai rokok atau pun obat-obatan, sehingga e-cig ini hanya memiliki izin dari Kementerian Perdagangan dan tidak ada izin edar dari BPOM serta bebas dari cukai.
Beberapa negara telah mulai menyiapkan aturan hukum terkait rokok elektrik ini. UK mulai tahun 2016 akan menganggap rokok elektrik sebagai produk obat karena mengandung nikotin untuk memastikan kualitas dan keamanannya, sementara Brazil, Norway dan Singapore telah mengeluarkan larangan total terhadap rokok elektrik.

sumber: litbang.depkes.go.id